Buddha mengajarkan, “Segala sesuatu timbul karena faktor-faktor lain yang jadi penyebabnya”. Penyebab kemerosotan moral akibat penyalahgunaan Narkoba dan Miras terdiri dari tiga hal. Pertama, adanya Narkoba dan Miras yang bisa diperoleh dengan mudah. Karena itu umat beragama dalam kegiatan mata pencarian hendaknya tidak melakukan jual beli Narkoba dan Miras. Yang kedua, adanya contoh dan pemberian contoh dari orang lain atau pengaruh lingkungan. Dan yang terakhir adalah kelemahan individu sendiri, baik dari segi kepribadian maupun motivasi.
Peranan pertama seorang pemuka agama atau pemuka pemuda dalam pencegahan adalah menangani cara hidup remaja yang baru mulai mencoba Narkoba dan Miras. Organisasi agama khususnya kelompok pemuda, hendaknya mempunyai kepedulian terhadap masalah bahaya Narkoba.
Secara jujur harus diakui, kehidupan beragama yang semakin marak, tidak dengan sendirinya melenyapkan semua perbuatan yang dilarang agama. Para rohaniwan selalu dihadapkan pada tantangan bagaimana memelihara kehidupan individu, keluarga dan masyarakat yang sejalan dengan ajaran agama.
Para remaja harus diikutsertakan dalam aktivitas organisasi pemuda atau kegiatan lain yang bersifat konstruktif. Pemuka pemuda atau pemuka agama memberikan bimbingan Dhamma kepada mereka, agar mengerti dan menghayati nilainilai prinsip moral dan etika yang diajarkan agama Buddha, sehingga mereka dapat hidup lebih tenang dan mampu menyesuaikan diri untuk dapat mengangkat derajat hidupnya.
Remaja membicarakan masalahnya dengan rekan sebaya. Organisasi agama, khususnya kelompok pemuda jangan tidak tahu tentang penaggulangan masalah Narkoba. Mereka dapat berperan merangkul sesamanya yang menghadapi kesulitan. Dengan demikian, remaja belajar bertanggungjawab.
Adapun beberapa upaya pencegahannya dapat diuraikan sebagai berikut:
- Mengorganisir kelembagaan masalah penanggulangan remaja yang terdiri dari para ahli dan pemuka pemuda atau pemuka agama.
- Memperbanyak upaya pendidikan dan latihan penanggulangan masalah Narkoba dan kenakalan remaja untuk tokoh pemuda dan pemuka agama.
- Bergabung dengan kelompok lain dalam upaya mengkampanyekan program upaya penanggulangan masalah Narkoba dan kenakalan remaja.
- Menyediakan kolom informasi penanggulangan masalah Narkoba, Miras, Aids/HIV dan kenakalan remaja dalam buletin pemuda dan kalau perlu membentuk suatu pusat informasi.
Sebagaimana kita ketahui, penderita itu adalah orang sakit yang harus ditolong. Untuk mendapatkan kembali kesadarannya yang menurun, diperlukan pembersihan pengaruhpengaruh reaksi Narkoba di tubuh dan mempertebal tekad pribadi untuk menjauhi Narkoba.
Upaya melepaskan diri dari ketagihan Narkoba, secara tradisional telah dilakukandi Vihara Muangthai dengan memakai ramuan yang dikuti upacara ritual, pelajaran agama dan diskusi yang berhubungan dengan permasalahan yang mereka hadapi. Tanpa memahami dan mengatasi penyebab, suatu tindakan penyembuhan, tidaklah tuntas.
Narkoba dan kenakalan remaja, merupakan bahaya nasional, maka jelas masalah tersebut perlu kita waspadai. Organisasi agama khususnya kelompok pemuda hendaknya peduli terhadap bahaya Narkoba dan Miras, mereka dapat berperan merangkul sesamanya yang menghadapi kesulitan, dan dapat menggerakkan para remaja untuk menentang penggunaan Narkoba dan Miras.
Kenakalan, kebringasan, bermabukmabukkan dan teler, merupakan tingkah laku yang mengganggu orang lain, melampaui batas toleransi yang dapat diterima dalam hidup bermasyarakat. Mencegah perbuatan tersebut, berarti mengendalikan tingkah laku seseorang.
Memasuki milenium ketiga, dimana negara dan bangsa Indonesia sedang mengalami multi krisis, pengendalian diri sungguh sangat diperlukan. Kalau kita tidak dapat mengendalikan diri kita, maka kita akan dapat menjadi korban Narkoba dan Miras.
Dalam hal ini, Umat beragama termasuk umat harus berperan aktif bersamasama dengan aparat pemerintah. Beberapa nilai yang dewasa ini dikembangkan dalam penegakkan disiplin di sekolah Buddhis adalah sebagai berikut:
- Rasa malu berbuat jahat (Hiri) dan takut pada akibat perbuatan yang keliru (ottapa).
- Menghargai kerja keras secara efektif dan effisien (Viriya)
- Menjauhi pergaulan yang kurang baik
- Memiliki kesabaran (khanti) dan pantang melakukan kekerasan (ahimsa).
Oleh: Irawan Kusuma Jaya, SH.