Monumen Candi Borobudur sudah begitu banyak orang tahu dan dikenal di dunia. Keberadaannya dikagumi seb
Bangunan candi itu sendiri didirikan sejak jaman Kerajaan Mataram kuno, sekitar tahun 750 hingga 850 masehi oleh Wangsa Syailendra. Secara psikologis memang candi Borobudur serta candi candi Buddha lainnya tersebut memiliki ikatan emosional yang kuat dengan masyarakat Buddha di Asia.
Candi Borobudur adalah asset bangsa sebagai cagar budaya selain wisata ziarah. Bila bercermin dari ikatan emosional antara candi Borobudur dan umat Buddha di dunia. Para peziarah melaksanakan ritual ini biasanya dilakukan saat di hari Waisak dengan perjalanan prosesi melewati setiap tingkatan, dan berlangsung dari arah timur ke barat. Berarti berawal dari Candi Mendut, melewati Candi Pawon lalu melewati sungai Elo dan Progo, kemudian melanjutkan menuju Candi Agung Borobudur.
Pemerintah akan membuka pintu Borobudur seluas luasnya bagi umat Buddha. Mereka diperkenankan pradaksina dan naik ke wilayah puncak candi untuk melakukan puja bakti dengan jumlah kapasitas umat akan ditentukan pihak Panitia.
Pakar ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII), Edy Suandi Hamid. Mengatakan, dari hitungan ekonomi, besarnya potensi Borobudur dapat diharapkan dari datangnya kunjungan wisata mancanegara dan ini dapat diterima akal sehat disamping itu harus gencar memberikan promosi dari pemerintah dan industri wisata, serta di dukung pula oleh suasana Indonesia khususnya Yogyakarta yang nyaman dan aman.
Tetapi sayang, Borobudur nasibnya pada dunia parawisata, belum sebaik apa yang diharapkan ada seperti di negara-negara lain, misalnya Thailand. Dari ketimpangan angka dan hikmah krisis moneter sekarang, agaknya mulai menggugah kesadaran banyak orang.