- Sakit atau penyakit biasanya hanya didefinisikan sebagai badan yang kurang/tidak sehat,tidak normal, organ yang tidak berfungsi dengan semestinya. Dan penyembuhan atas suatu penyakit yang selama ini kita ketahui hanya terfokus pada penyembuhan fisik semata-mata, baik penyakit ringan maupun berat. Khususnya pada penyakit berat dan akut dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam usaha penyembuhannya, biaya tersebut dapat mencapai ratusan ribu, puluhan juta bahkan milyaran Rupiah. Dan toh penyakitnya belum tentu sembuh total. Maka penyembuhan dengan metode fisik ini dirasakan kurang keefektifannya. Karena sumber timbulnya suatu penyakit (berat) harus juga ditelusuri bukan saja dari segi fisik tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah dari segi priritual atau dari hal-hal tidak kasat mata. Maka yang harus kita lakukan bukan saja usaha penyembuhan tetapi juga preventifnya, baik dari segi fisik maupun spiritual. Maka pada judul diatas saya tidak menggunakan kata penyembuhan, tetapi penanggulangan, yaitu paduan dari penyembuhan dan pencegahan.
- Sebagai contoh, seorang pengidap sakit darah tinggi, biasanya dikatakan bahwa karena orang tersebut berpenyakit darah tinggi, maka sifatnya jadi pemarah. Tetapi sejauh mana dapat diterima penjelasan ini? Sebaliknya bukankah karena orang tersebut bersifat pemarah dan pendendam maka timbul penyakit darah tinggi? Begitupun saya sendiri pernah mengalami diabetes, tetapi saya tidak demikian terburu-buru berobat kedokter, saya berusaha meneliti lebih mendalam segala perasaan, pikiran dan prilaku dari kawan-kawan saya yang mengidap diabetes. Dan saya mendapatkan bahwa kawan-kawan saya tersebut ternyata bertemperamen egosentris tinggi, kepala batu, mudah tersinggung, mau menang sendiri, pemarah, yang terlihat adalah orang yang tidak mau/bisa mengerti kepada orang lain. Orang seperti ini sangat sulit diajak bekerja sama. Fenomena tersebut saya jadikan cermin untuk diri sendiri akan kesamaan sifat-sifat saya yang sangat mirip, ditambah kecongkakan yang tebal. Dengan kesadaran itu saya berusaha mengadakan perombakan sifat jiwa dengan peningkatan sifat-sifat positif dan objektif. Maka dengan biaya relatif tidak terlalu berat saya dapat mengatasi diabetes saya.
- Dengan demikian jelas bahwa pengobatan medis (fisik) dan spiritual sangat dibutuhkan kerja samanya yang seimbang. Pertama metode fisik memegang peran primer (check up, Rontgen dsb) tetapi pada saat menghayati sumber laten penyakit yang kasat mata (sifat-sifat buruk dan destruktif) maka spritual keagamaan menduduki posisi primer. Sifat orang yang demikian mudah marah, mudah salah paham dan pada akhirnya mudah diadu domba sehingga saling baku hantam dan saling bunuh seperti yang kita lihat di beberapa daerah dinegara kita, bukankah itu juga merupakan penyakit yang parah? Bahkan lebih parah dari penyakit kanker yang paling berat.
- Perombakan sifat jiwa ini harus dikembangkan terus dalam seluruh gerak kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh adanya anjuran dokter untuk berpantang makanan jenis tertentu misalnya daging dan lemak demi menjaga kesehatan penderita kolestrol. Sang pasien sebaiknya menyadari bahwa dirinya mempunyai sifat rakus (maaf) pada daging dan lemak, maupun pada nabati berkolestrol tinggi. Dimana sifat rakus pada makanan ditujukan untuk lebih banyak merasakan kenikmatan dan kepuasan diri yang berlebihan, tentu sifat-sifat ini juga akan terbawa atau digunakan pada sisi kehidupan lain, misalnya dalam pekerjaan atau usaha, aktifitas pekerjaan yang dilakukannya sebagian besar hanya terfokus pada cara dan taktik untuk menguntungkan diri semata-mata, dan acapkali tidak peduli dengan orang lain yang menjadi korban akibat ulahnya.
- Sifat-sifat yang ada pada tiap manusia demikian lengkap, mulai dari sifat serakah yang rendah dan hina, kemurkaan yang tinggi, kesombongan, bodoh bahkan sampai pada pemikiran yang mempertanyakan:” Apakah Hukum Tuhan memang ada? Buktinya hingga saat ini saya tetap jaya, tidak ada problem yang berarti dalam hidup saya”. Dalam beberapa penelitian didapatkan seseorang yang mempunyai dendam berkepanjangan akan menderita sakit ginjal, apabila perasaan ini berada pada seorang wanita/isteri terhadap suaminya, maka akan terjangkit kanker payu dara bahkan kanker rahim. Orang yang hidupnya meremehkan Hukum Tuhan dapat terserang kanker otak. Sifat manusia yang demikian lengkap beraneka ragam seutuhnya itu tentu menghasilkan suasana perasaan jiwa yang beraneka ragam pula tingkatannya. Mulai dari suasana jiwa yang menderita karena keinginan yang tidak tercapai sehingga menimbulkan rasa dendam penasaran, dilanjuti perasaasn jiwa murka, timbul gangguan kesehatan: sakit kepala, lever, jantung, ginjal, maupun darah tinggi dsb. Tetapi orang yang dapat mengendalikan diri, dapat berpikir positif dan objektif akan bersikap tenang, cekatan, mantap. Bioritmik ini hanya dapat dilakukan oleh manusia, baik atau buruk.
- Seiring dengan hasil penelitian diatas, sekali lagi saya himbau untuk juga memberi perhatian serius terhadap prilaku kejiwaan pasien, bila perlu bekerja sama dengan tokoh/pembimbing agamanya. Semua ini adalah demi menyelamatkan kehidupan manusia dengan usaha-usaha yang lebih terjamin penyembuhannya sekaligus membuat preventif dari dasar laten kejiwaan. Yang tidak kalah penting adalah akan terjadi penghematan besar dalam masalah biaya. Sekaligus membantu dan menjaga kehidupan sosial yang damai sejahtera.
- Tentu sifat-sifat manusia yang saya uraikan pada point 5 tidak dapat dipungkiri merupakan sifat hakiki yang sudah ada sejak manusia dilahirkan, dengan demikian kita menyadari bahwa sifat-sifat itu tentu tidak dapat dibuang begitu saja, karena itu adalah spirit hidup. Tanpa sifat-sifat alami tersebut orang tidak dapat hidup. Tetapi sifat dan spirit tersebut hendaknya tidak digunakan melulu untuk kepentingan pribadi semata-mata, tetapi hendaknya disadari bahwa antar umat manusia harus saling tunjang, saling menjembatani dan saling menguntungkan.
- Suatu pola hidup yang terkonsep pada 8 langkah kebenaran, yaitu: 1. pengertian; 2. pikiran; 3. ucapan; 4. perbuatan; 5. pelaksanaan kehidupan; 6. usaha; 7. perhatian atau atensi dan 8. konsentrasi akan menjadikan seseorang berjiwa objektif. Sikap objektif inilah yang akhirnya menghasilkan sikap bijaksana. Mulai dari pengertian dan konsentrasi yang benar akan terjadi lingkaran kebajikan, yaitu kebalikan dari lingkaran setan, dan lingkaran kebajikan ini akan terus menerus bersirkulasi sepanjang orang tersebut dapat mempertahankan keimanan yang benar. Dan pada akhirnya kesehatan jiwa dan raga dapat dipelihara dengan baik dan maksimal.
N.B. MAKALAH INI DIBUAT SEBAGAI SUMBANGSIH KAMI UNTUK TAMBAHAN BEKAL BAGI AHLI-AHLI KESEHATAN DAN PENGOBATAN, AGAR DAPAT MEMBANTU PENANGGULANGAN (PENYEMBUHAN DAN PENCEGAHAN) PENYAKIT PASIEN.
Disampaikan untuk menyambut peringatan Mental Health, 9 Oktober 2000
Jakarta, Oktober 2000
Oleh: Tjondro Widouri – Walubi