Manusia dalam menjalankan hidup harus mempunyai kesabaran. Dalam ajaran Buddha, sabar (khanti) berarti dapat menahan diri secara wajar pada waktu menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Sabar atau kesabaran biasanya bersekutu dengan Viriya (giat, tekun) dan akan lebih baik bila panna/prajna ikut berkembang di dalamnya. Demikian dituturkan oleh Pandita drg. Nakulianto.
Selanjutnya dikatakan, dapatkah dibayangkan berapa banyak waktu yang dihabiskan orang-orang setiap tahun hanya untuk menunggu dengan sabar bila ingin sukses? Kelihatannya, separuh dari penderitaan dalam kehidupan adalah mau mengendalikan diri dan mempraktikkan kesabaran. Dalam mempraktikkan kesabaran manusia menghadapi dua macam kesabaran antara lain kesabaran jasmani, kesabaran menghadapi kelelahan atau rasa sakit pada fisik dan yang kedua kesabaran bathin yang merupakan pengembangan kesabaran jasmani secara bertahap. Ini adalah kesabaran menghadapi persoalan seperti waktu disakiti, kesabaran waktu difitnah.
Sang Buddha menganjurkan untuk merenungkan teladan kehidupan petani. Ia menabur benih dan tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan sabar dan melakukan semampunya untuk melindungi tanamannya hingga panen tiba. Karena kesabarannya, maka ia mendapat upah dan ia melihat buah kerja kerasnya.
Sabar merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki manusia guna mencapai keseimbangan bathin. Kesabaran amat dibutuhkan mengingat kehidupan merupakan arena perjuangan yang tak sedikit membutuhkan pengorbanan pikiran, tenaga bahkan nyawa. Sikap sabar adalah cara berjuang untuk dapat mengendalikan diri, karena apa pun yang hendak kita capai, harus dimulai dan diakhiri dengan pengendalian diri. Jadi sabar bukanlah sikap pesimis yang cenderung fatalis, melainkan sikap dinamis dan optimis terhadap masa depan yang lebih baik, apalagi kalau dipersekutukan dengan viriya dan diikuti sikap kebijaksanaan (panna/prajna). Dengan mengembangkan Panna/Prajna ia seharusnya berfikir, Walaupun penderitaan ini timbul karena perbuatan salah orang lain, tubuhku merupakan tempat penderitaan ini dan perbuatan yang menimbulkan penderitaan tersebut merupakan miliku, jelasnya.
Dalam menjalani kehidupan, manusia dituntut memiliki sikap sabar yang berdasar pada Dhamma, sehingga bila gagal, kegagalan itu dipandang sebagai langkah menuju keberhasilan. Dengan jalan mengendalikan diri kita terhadap godaan nafsu keinginan (tanha) akan dapat memperbesar kemampuan diri menghadapi segala tantangan dalam kehidupan ini untuk mencapai tujuan. Sikap sabar yang demikian akan melahirkan ketenangan dan ketentraman, juga merupakan motivasi demi mencapai keberhasilan dan kemenangan dalam setiap gerak dan aktivitas.
Akibat ketidaksabaran di mana-mana terjadi masalah dan diselesaikan dengan emosi yang meluap-luap. Kesabaran bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dalam menyelesaikan berbagai masalah sedang diuji. Hanya dengan kesabaran dan kebijaksanaan dapat menyelesaikan permasalahan bangsa dengan baik tanpa ada yang merasa dirugikan. Keyakinan dan menghayati akan hukum kamma/karma dan purnabhava dengan sungguh-sungguh membuat kita sabar sewaktu menerima akibat perbuatan jahat dan kita akan tenang sewaktu kita menerima jasa dari perbuatan baik kita.