JAKARTA- Malam Penganugerahan 6 Kepala Daerah dikemas dalam Malam Tasyakuran Hari Amal Bakti
(HAB) ke 74 Kementarian Agama RI, diperingati di gedung Kemenag RI. Pada momentum tersebut Menteri Agama, Fahrul Razi menyerahkan penghargaan kepada enam kepala daerah, khususnya mendukung program di bidang keagamaan, di gedung kementrian agama di jalan thamrin no.6 Jakarta. Kamis(16/1)
Dari keenam kepala daerah yang memberikan perhatian lebih di bidang keagamaan ini antara lain, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji yang diwakili oleh Wakil Gubernur Ria Norsan, Gubernur Riau Syamsuar, Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin, Walikota Kupang NTT Jefirstson R.Riwu Kore, dan Bupati Bolaang Mongondow Iskandar Kamaru yang diwakili oleh Wakil Bupati Dedi Abdul Hamid.
Menag pada malam tasyakuran HAB ke 74, menyampaikan terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta yang telah memberikan hibah senilai 400 miliar rupiah untuk kesejahteraan guru agama di DKI Jakarta.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan Menag kepada Gubernur Riau Syamsuar atas tanah yang dihibahkan bagi Kantor Urusan Agama (KUA) pada 56 lokasi di Provinsi Riau.
“Kami sampaikan juga terima kasih kepada Bupati Bondowoso yang telah memberikan hibah sebesar 18 miliar untuk kesejahteraan guru di pesantren,” lanjut Menag.
Selanjutnya, Menag tidak lupa menyatakan rasa terima kasihnya kepada Walikota Kupang yang secara suka rela menghibahkan tanah seluas 4.592 meter persegi untuk pembangunan tempat ibadah Buddha.
Terakhir, Menag mengungkapkan penghargaan lain diberikan kepada Bupati Bolaang Mongondow dikarenakan perhatiannya bagi pengembangan agama Hindu di daerahnya.
“Beliau telah menghibahkan 4,2 miliar untuk pengembangan Bimas Hindu. Padahal beliau bukan beragama Hindu. Tapi perhatiannya luar biasa,” salut Menag.
Hadir beberapa tokoh lintas agama diantaranya ibu Dra.S.Hartati Murdaya, Bhante Pabhakaro dan beserta para majelis yang bergabung di WALUBI.
Menteri Agama Fachrul Razi dalam sambutan mengatakan tugas moderasi beragama menemui tantangan berat ke depan seiring pertentangan antara konservatisme dan moderat.
“Tugas
kita ke depan masih sangat berat terutama moderasi beragama. Selalu berada pada
dua kutub, mungkin salah satunya yang sangat moderat yang satunya sangat
konservatif,” kata Menag
Fachrul mengatakan moderasi beragama bukanlah memoderatkan cara mempraktikkan
agama. Akan tetapi moderasi itu saling menghargai satu sama lain di antara
perbedaan yang ada.
“Kata Allah kita sengaja diciptakan berbeda-beda tujuannya apa? Supaya
kalian saling kenal,” kata dia.
Dia mengatakan jika perbedaan justru memicu permusuhan berarti umat salah dalam
mengartikan perintah Tuhan kepada manusia.
Menag Fachrul mengatakan Kemenag berupaya agar keberagamaan selalu berada dalam
titik moderat. “Kalau kita ngomong tentang bandulan bandulan akan selalu
jatuh pada titik gravitasi.”