Sabbe Sankhara Aniccati…..Alm.Pandit J.Kaharudin seorang tokoh Abhidhamma telah meninggal dunia di usia 83 tahun tepatnya tanggal 1 bulan Maret tahun 2020 pada pukul 22:00 wib dirumah kediamannya di Jl. Perumahan Taman Kota No.12, RT.4/RW.5, Jakarta Barat
Alm.Pandit J.Kaharudin adalah pelopor dalam pengajaran dan penyebaran Abhidhamma di Indonesia, jasanya sangat besar dalam perkembangan agama Buddha di tanah air.
Kini telah tiada setelah berobat menjalani perawatan di RS Graha Kedoya dan mengalami infeksi pada saluran usus dan pembengkakan pada lever.
Pandit Jinaratana Kaharudin yang lahir di Bengkulu pada 31 Mei tahun 1937 dengan nama Oey Keng Tjoe dari ibunda Thio Sim Nio dan ayah Oey Guat Hua, anak bungsu dari delapan bersaudara yang senantiasa memperoleh bimbingan dari kedua orangtuanya.
Mengenyam pendidikan di sekolah SD di Chung Hua Xie Xiao(Sekolah Tionghoa di Bengkulu), dan berlanjut hingga menamatkan sekolah di SMA Negeri Bengkulu. Tidak sempat meneruskan kuliah ke perguruan tinggi, namun membantu kakak laki laki yang bernama Oei Keng Hong bekerja di took serta pabrik kopi kepunyaannya hingga tahun 1961.
Kegemarannya saat remaja berolah raga bola basket dan seni tari dansa. Bahkan terpilih menjadi asisten guru ballroom dancing.
Hal inilah yang mengkondisikan ia memiliki pergaulan yang sangaat luas sehingga dikelilingi banyak teman dan sahabat.
Meningkat usia dewasa, beliau mulai tertarik dengan kerohanian, sempat belajar agama Protestan cukup lama di bawah bimbingan Pdt Paulus. Begitu kuat ketertarikannya kemudian mengambil jalan menjadi umat Kristen Protestan
Namun perjalanan hidup penuh kondisi tak terduga, saat meminta restu dari orang tua , beliau tidak boleh memeluk agama Kristen dan dianjurkan untuk belajar ajaran Agama Buddha.
Tanpa disangka dirinya berontak terhadap orangtuanya dengan mengatakan”bukankah ajaran Buddha itu penyembah patung?”, lalu orang tuanya meyakinkan dengan sebelumnya “selidiki dulu dan belajar ajaran Buddha Gotama, nanti setelah belajar secara detail, kamu baru boleh mengambil kesimpulan dan keputusan”.
Akhirnya ketertarikan ia mendapatkan pinjaman buku Agama Buddha denga judul “Intisaari Agama Buddha”dari bapak Tjoa Tjeng Wan pemilik took obat “Kinoi”. Setiap hari mempelajari buku tersebut halaman demi halaman hingga selesai. Setelah membacanya baru menyadari bahwa ajaran Buddha Gotama adalah ajaran yang berdasarkan fakta dan kepercayaan membuta. Apalagi ajaran tersebut berisikan filsafat, metafisika, ilmu jiwa makhluk dan cara hidup makhluk yang benar. Akhirnya ia memutuskan untuk belajar tekun mendalami ajaran agama Buddha.
Pada tahun 1959 di awal bulan Mei, ia membaca majalah mingguan Star Weekly, pada intinya di bulan Mei ada perayaan Hari Trisuci Waisak dan pentahbisan bhikkhu di Candi Agung Borobudur dan Pura Besakih di Bali yang dihadiri para Bhikkhu senior dari berbagai negara. Hadir YM. Bhikkhu Narada Mahathera (Srilangka), YM. Mahasi Sayadaw (Burma), seorang Pandit akhir nya hadir menikmati acaranya.
Setelah itu tahun 1960, beliau di tahbiskan menjadi upasaka oleh Bhante Ashin Jinarakita di Bengkulu dan mendapat nama buddhis upasaka maitri ratna.
Tahun 1961 ia menerima gelar Bala Anu Pandita dari Sangha Suci Indonesia, pada saat waisak di candi Mendut jawa tengah.
Tahun 1963 belia menerima pentahbisan pababba(Samanera) dari YM. Bhikkhu Ashin Jinarakkhita di Vihara Vimala Dharma-Bandung dan mendapat nama samanera Jinaratana. Sampai dengan tahun 1965, ia menjalankan kewajiban sebagai pelindiung dan penyebar dharma di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Tahun 1966, beliau Bersama samanera jinagiri(Bhante Girirakkhito Mahathera) menerima pentahbisan upasampada bhikkhu di wat Benchamabophit (Marble Buddhist Temple Bangkok)-Thailand. Samanera Jinagiri mendapat gelar nama Bhikkhu Girirakkhito dan samanera Jinaratana mendapat gelar nama sebagai Bhikkhu Jinaratana .
Semenjak tahun 1966-1976 selama 10 tahun menjalankan tugas belajar agama Buddha di Bangkok, sampai berhasil meraaih gelar Abhidhamma Pandit(Sarjana Filsafat, Metafisika dan Ilmu Jiwa Agama Buddha) dengan prestasi terbaik. Pernah juga belajar di Taipei untk mempelajari perkembangan agam Buddha Mahayana yang murni disana.
Setelah 10 tahun menjalankan hidup kebhikhhuan dan kembali menjadi umat awam dengan mempersunting Pandita Abhayahema Sidjie hingga dikaruniai seorang ptri bernama Sri Suwanna Kaharudin, S.Sn.
Demikian kilas balik seorang tokoh Buddhis Indonesia yang sukses sebagai pengajar dan penyebar Abhidhamma Pandit J Kaharudin, SELAMAT JALAN…