MELAWAN kebencian dengan cintakasih. Apa Mungkin? Jawabnya, sangat mungkin. Apalagi Hyang Buddha mengajarkan bahwa kebencian tidak akan berakhir bila dibalas dengan kebencian. Kebencian harus dibalas dengan cinta kasih. Sebagai manusia dari saat kesaat selalu bisa ada masalah yang harus dipecahkan. Pecahkanlah masalah dengan bijaksana. Jangan sampai dalam memecahkan masalah, menimbulkan masalah baru yang tidak baik. Maka ajaran Sang Hyang Buddha diatas menjadi sangat relevan.
Bahkan Hyang Buddha juga mengajarkan bagaimana cara mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana hal ini tertuang didalam syair “Pikian adalah pemimpin. Binalah pola berpikir dengan keyakinan yang kuat, bahwasannya : bila manusia melakukan kebaikan meskipun keberuntungan belum tiba akan tetapi kemalangan dan kesusahan telah mulai berkurang/menjauh darinya. Bila manusia melakukan perbuatan tercela atau jahat, meskipun buah karma buruknya belum tiba, akan tetapi keberuntung an hidupnya telah berkurang, kebahagiaan mulai menjauhkan dirinya.
Manusia yang dikuasai ego, lobha, Dosa dan Moha biasanya kalau mempunyai cita-cita ingin mempertahankan kedudukan kekuasaan dan atau harta kekayaan pasti menggunakan segala cara yang disebut wal-wal keduwal: meskipun besarnya sebantal-bantal selama ia kontal pasti mereka anggap halal.
Maka dengan peringatan hari besar Tri Suci Waisak 2547/2003 yang puncak acaranya pada 16 Mei lalu, atas nama Dewan Sangha Walubi menghimbau seluruh umat Buddha Indonesia untuk merenungi, meresapi, menghayati, dan mengamalkan Dhamma dan Vinaya dalam kehidupan sehari hari :
1. Hapuslah segala kejahatan yang ada dalam dirimu (sabba papasa akaranam). 2. Pupuklah segala kebajikan yang telah engkau lakukan (kusalassupasampada). 3. Sucikan hati dan pikiranmu demi mencapai pencerahan (sacita pariodapanam). 4. Itulah ajaran semua para Buddha (etang Buddha nu sasanam).
Waisak merupakan hari yang penting bagi umat Buddha, karena memperingatkan tiga peristiwa suci di hari yang sama. Yaitu 1. Kelahiran bayi agung di kapilavastu yang bernama Sidharta Gotama. 2. Sang Pangeran Sidharta mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha. 3. Maha Guru Agung Buddha Gotama mencapai Maha Parinirvana. Yang juga menarik dalam perayaan ke 50 Waisak di Candi Agung Borobudur juga ditanam pohon Bodhi dari Nepal yang asli diambil dari keturunan pohon Bodhi di zaman Sang Hyang Buddha 2547 tahun yang lalu.
Sang Buddha juga berpesan ; tiada perlindungan yang aman di dunia ini kecuali dhamma yang dipraktekkan dengan ketulusan hati. Dhamma akan melindungi orang yang mempraktekkannya. Mempraktekkan dhamma dalam kehidupan sehari-hari akan mendapatkan kebahagiaan yang tiada taranya. Barang siapa mensucikan dirinya melalui praktek dhamma ia tidak akan dapat disesatkan oleh preta atau setan yang berwujud hawa nafsu kejahatanyang menutup batin manusia menjadi gelap.